
Di sudut kota yang gemerlap, di balik pintu besi kasino paling eksklusif, ada sebuah ruangan yang hanya dikenal sebagai Meja VIP. Lampu kristal berkilau di langit-langit, karpet merah tebal menyerap setiap langkah, dan udara dipenuhi aroma wiski tua serta ketegangan. Di sinilah para penguasa dunia—pengusaha kaya, politisi licik, dan penutup rahasia—berkumpul untuk mempertaruhkan lebih dari sekadar uang. Di Meja VIP, taruhan adalah tentang kekuasaan, rahasia, dan kadang-kadang nyawa.
Namun, di antara wajah-wajah yang dikenal, ada satu sosok yang menjadi legenda: Penjudi Tanpa Nama. Tidak ada yang tahu siapa dia. Pria atau wanita, tua atau muda, kaya atau hanya berpura-pura—semua spekulasi. Yang pasti, dia selalu muncul di malam-malam paling krusial, ketika taruhan di meja mencapai puncaknya. Dia tidak pernah berbicara, hanya mengangguk atau menggerakkan tangan untuk memasang taruhan. Topeng hitam sederhana menutupi wajahnya, dan jubah gelap membungkus tubuhnya, membuatnya tampak seperti bayangan yang hidup.
Cerita tentang Penjudi Tanpa Nama dimulai setahun lalu, ketika seorang taipan properti terkenal, Victor Huang, kehilangan seluruh kekayaannya dalam satu malam di Meja VIP. Huang bukan orang sembarangan; dia dikenal sebagai hiu yang tak pernah kalah. Tapi malam itu, dia berhadapan dengan Penjudi Tanpa Nama. Saksi mata mengatakan Huang memasang taruhan gila: kepemilikan perusahaan senilai miliaran dolar melawan sebuah amplop cokelat yang diletakkan Penjudi di tengah meja. Tidak ada yang tahu isi amplop itu, tapi ketika kartu terakhir dibuka, Huang pucat seperti mayat. Dia menyerahkan dokumen perusahaan tanpa sepatah kata dan menghilang dari kota keesokan harinya. Amplop itu? Tidak pernah dibuka di depan umum.
Sejak malam itu, Penjudi Tanpa Nama menjadi mitos. Ada yang bilang dia adalah mata-mata internasional, mengumpulkan rahasia dari para elit. Yang lain berspekulasi dia hantu, arwah pendendam yang menghantui kasino. Seorang pelayan tua di kasino bersumpah pernah melihat Penjudi menghilang ke dalam bayangan dinding, seolah-olah dia bukan manusia. Tapi satu hal yang semua orang setuju: jika Penjudi Tanpa Nama duduk di meja, malam itu akan berakhir dengan kehancuran seseorang.
Malam ini, Meja VIP lebih ramai dari biasanya. Di satu sisi duduk Madame Leclerc, seorang janda kaya yang mengendalikan pasar seni gelap Eropa. Di sisi lain ada General Tso, mantan panglima militer yang dikabarkan menyimpan rahasia senjata biologis. Ada juga Alexei Volkov, bos mafia Rusia yang dikenal karena kekejamannya. Mereka semua menatap satu sama lain dengan senyum tipis, tapi ketegangan di udara bisa dipotong dengan pisau. Dan kemudian, pintu ruangan terbuka.
Penjudi Tanpa Nama melangkah masuk. Jubahnya bergerak seperti asap, dan topengnya memantulkan cahaya lampu kristal. Tanpa kata, dia mengambil kursi kosong di ujung meja. Dealer, seorang pria tua dengan tangan gemetar, segera membagikan kartu. Malam ini adalah permainan poker, tapi di Meja VIP, aturannya berbeda. Selain chip, setiap pemain harus memasang “taruhan rahasia”—sesuatu yang tak ternilai harganya, sesuatu yang bisa menghancurkan mereka jika hilang.
Madame Leclerc memulai dengan memasang sebuah lukisan kuno, yang dikabarkan dicuri dari museum rahasia Vatikan. General Tso menawarkan sebuah USB berisi data eksperimen militer yang bisa memicu perang dunia. Volkov, dengan tawa dingin, meletakkan sebuah cincin emas—lambang kekuasaannya di dunia kriminal. Penjudi Tanpa Nama? Dia hanya mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jubahnya, terbuat dari kayu hitam polos, dan meletakkannya di meja. Tidak ada yang berani bertanya apa isinya.
Permainan dimulai. Satu per satu, pemain mulai jatuh. Madame Leclerc kehilangan ketenangannya ketika Penjudi Tanpa Nama membaca setiap gerakannya dengan sempurna. General Tso berkeringat, matanya liar, saat dia menyadari kartunya tidak bisa menandingi keberuntungan—orang ini—yang tak masuk akal. Volkov, yang biasanya tak kenal takut, mulai menggeram setiap kali Penjudi mengambil pot. Tapi Penjudi tetap diam, gerakannya tenang, hampir seperti tarian.
Saat jam menunjukkan tengah malam, hanya Penjudi Tanpa Nama dan Volkov yang tersisa. Meja dipenuhi chip, tapi taruhan sebenarnya adalah kotak kayu hitam melawan cincin Volkov. Volkov menatap Penjudi dengan mata penuh kebencian. “Kau pikir bisa mengalahkanku, hah? Aku akan membongkar topengmu dan menunjukkan pada dunia siapa kau sebenarnya!” Dia mendorong semua chipnya ke tengah meja, all-in.
Penjudi Tanpa Nama hanya mengangguk, lalu membuka kartu: royal flush. Ruangan hening. Volkov membanting meja, wajahnya merah padam. Dia meraih kotak kayu hitam, berteriak, “Apa ini? Apa yang kau pertaruhkan?!” Tapi sebelum dia bisa membukanya, Penjudi mengangkat tangan. Untuk pertama kalinya, dia berbicara, suaranya rendah dan berat, seperti angin di malam gelap: “Jangan buka, kecuali kau siap kehilangan segalanya.”
Volkov ragu, tapi amarahnya menguasai. Dia membuka kotak itu. Di dalamnya hanya ada cermin kecil, tapi ketika Volkov menatapnya, dia menjerit. Wajahnya berubah pucat, matanya melebar, dan dia jatuh ke lantai, pingsan. Pelayan segera membawanya keluar, dan Penjudi Tanpa Nama bangkit, mengambil cincin Volkov dan kotak kayu hitam, lalu melangkah ke pintu. Sebelum menghilang, dia berbalik ke arah dealer dan berkata, “Malam ini sudah selesai.”
Keesokan harinya, kabar menyebar bahwa Volkov telah menyerahkan diri ke polisi internasional, mengaku atas semua kejahatannya. Tidak ada yang tahu apa yang dia lihat di cermin itu, tapi beberapa pelayan bersumpah mereka mendengar Volkov bergumam tentang “mata yang menatap dari kegelapan.” Madame Leclerc dan General Tso juga menghilang dari dunia bawah tanah, seolah-olah mereka tak pernah ada.
Penjudi Tanpa Nama tidak muncul lagi selama berbulan-bulan. Meja VIP tetap beroperasi, tapi suasananya tidak pernah sama. Setiap pemain yang duduk di sana kini melirik ke pintu, setengah berharap dan setengah takut bayangan itu akan kembali. Siapa dia? Apa yang dia inginkan? Dan apa yang ada di dalam kotak kayu hitam itu? Tidak ada yang tahu, tapi satu hal pasti: di Meja VIP, Penjudi Tanpa Nama adalah penguasa, dan rahasia yang dia bawa lebih berbahaya daripada taruhan apa pun.